Kisah Sukses Anak yang Orangtuanya Bangkrut di Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB)
Peserta MSIB memiliki ekspektasi gaji yang lebih tinggi, yang artinya peserta memiliki self-value dan percaya diri yang baik .
Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) telah memberikan kesempatan bagi puluhan ribu mahasiswa Indonesia untuk memperoleh pengalaman kerja dan pembelajaran bermakna di dunia usaha dan industri.
JurnalGuru.Id — Program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) telah memberikan kesempatan bagi puluhan ribu mahasiswa Indonesia untuk memperoleh pengalaman kerja dan pembelajaran bermakna di dunia usaha dan industri.
Pelaksanaan program pada angkatan pertama hingga ketiga telah membawa banyak cerita baik dan penuh inspirasi dari generasi muda Indonesia yang ingin meraih kehidupan yang lebih baik.
Salah satu contohnya adalah Alfin Sofyan Toha, seorang mahasiswa program studi D3 Akuntansi di Universitas Airlangga, yang menjadi peserta MSIB Angkatan 3.
Alfin mendapat kesempatan magang selama hampir enam bulan di PT. Industri Kereta Api (Persero) di Kota Madiun, dekat dengan kampung halamannya di Kabupaten Nganjuk.
Alfin adalah anak bungsu dari empat bersaudara, dan ia adalah orang pertama di keluarganya yang mencicipi pendidikan tinggi. Kedua orang tuanya tidak sempat menamatkan pendidikan Sekolah Dasar, dan ketiga saudaranya hanya belajar hingga jenjang sekolah menengah.
Fakta bahwa anak mereka menjadi salah satu mahasiswa terpilih untuk magang di BUMN ternama dan bahkan mendapat tawaran untuk bekerja di sana selepas menamatkan pendidikannya di perguruan tinggi, menjadi kebanggaan tersendiri bagi kedua orang tua Alfin.
Saat ini, orang tua Alfin tidak lagi bekerja karena toko bangunan yang sebelumnya menjadi sumber mata pencaharian mereka tidak lagi beroperasi setelah semua material harus dijual untuk melunasi hutang salah satu kerabat mereka. Usia sang ayah dan ibu pun sudah terlalu tua untuk mulai mencari pekerjaan baru, sehingga ekspektasi untuk menghidupi keluarga berada di pundak Alfin dan ketiga saudaranya.
Alfin menceritakan bahwa tiga tahun yang lalu, kedua orang tuanya sempat melarangnya untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi, karena kondisi keuangan keluarga sedang tidak menentu.
Namun, tekad Alfin yang besar dan kegigihannya membawanya untuk akhirnya bisa menempuh pendidikan di perguruan tinggi negeri. Namun, semua perjuangan yang ia tempuh bukan sekadar untuk mengejar pencapaian pribadi.
“Orang tua sebenarnya membebaskan saya untuk bekerja di mana pun, mereka hanya ingin saya mendapatkan pekerjaan yang lebih layak. Impian saya sendiri adalah untuk bekerja di instansi pemerintah, melanjutkan studi S1 bahkan sampai S2, lalu saya ingin melanjutkan toko bangunan Ibu dan Bapak,” kata Alfin.
Selama magang, Alfin ditempatkan di divisi keuangan dan dipercaya untuk memegang beberapa pekerjaan mulai dari verifikasi invoice, input transaksi harian, hingga memegang anggaran proyek di berbagai wilayah di Indonesia.
Melalui pengalaman ini ia belajar banyak hal baru yang belum pernah ia peroleh dalam pembelajaran di kampus, baik yang berkaitan dengan hal-hal teknis di bidang keuangan, keterampilan komunikasi, dan kerja sama dengan staf lainnya, hingga tanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan.
Pengalaman magang baginya cukup meninggalkan kesan, bukan hanya dari ilmu yang diperoleh namun juga rasa kekeluargaan yang ia peroleh dari rekan kerja serta peserta magang yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia.
Ia pun tertarik untuk nantinya mendaftar di perusahaan tersebut selepas menamatkan pendidikannya di Universitas Airlangga.
“Ada omongan dari kepala divisi SDM dan beberapa staf lain, nanti kalau sudah lulus langsung saja bawa ijazahnya ke bagian SDM. Keluarga besar juga mendorong saya untuk bekerja di sana kalau memang sudah diberi lampu hijau,” tuturnya.
Alfin hanyalah satu dari sekian banyak mahasiswa yang menjadikan program MSIB sebagai sarana mobilitas vertikal.
Program ini sendiri cukup inklusif bagi mahasiswa dari berbagai latar belakang ekonomi, termasuk mereka yang berasal dari rumah tangga kurang mampu yang memiliki proporsi sebesar 36 persen peserta berdasarkan hasil survei yang dilakukan kepada para alumni Program MSIB Angkatan 3.
Sebanyak 57,64 persen peserta memiliki orang tua yang tidak pernah kuliah sebelumnya, dan 10,72 persen peserta memiliki orang tua yang hanya lulusan SD atau tidak lulus SD sama sekali.
Meski demikian, peserta MSIB memiliki ekspektasi gaji yang lebih tinggi, yang artinya peserta memiliki self-value dan percaya diri yang baik setelah mengikuti program MSIB. Mereka juga meyakini bahwa pengalaman mengikuti program MSIB memberikan kesiapan yang lebih baik dan menjadi nilai tambah bagi mereka untuk bersaing di pasar kerja.
“Kebanyakan perusahaan saat ini mencari calon pegawai yang sudah punya pengalaman. Kalau kita sudah punya pengalaman magang di perusahaan besar, apalagi bersertifikat dari kementerian, saya yakin sudah pasti akan memperbesar peluang untuk melamar pekerjaan nanti,” kata Loisma Daeli, mahasiswa Universitas Negeri Medan peserta magang di PT. Midi Utama Indonesia Tbk. (Alfamidi).
Perusahaan tempatnya magang yang bergerak di bidang bisnis dan retail, memang tidak sejalan dengan bidang studi yang ia tekuni, yaitu pendidikan matematika. Namun justru hal inilah yang membuat pengalaman magangnya cukup berkesan, karena ia bisa mempelajari banyak ilmu baru dan mendapat perspektif yang berbeda tentang dunia kerja.
“Kesulitan pasti ada, terutama saat awal magang, tapi kami selalu dibimbing mentor dan dari situ kita belajar banyak hal dengan lebih mendalam, termasuk soal manajemen waktu. Mahasiswa itu biasanya deadliner kalau mengerjakan tugas, tapi di perusahaan ada agenda dan target waktu yang harus dikerjakan untuk bisa mendapatkan hasil yang maksimal,” tuturnya.
Keluarganya juga senantiasa memberikan dukungan kepadanya sejak awal ia mengikuti kegiatan magang hingga program ini berakhir. Orang tua Loisma yang merupakan lulusan SD dan SMP bekerja sebagai wiraswasta, sehari-hari mereka menggarap ladang ubi dan jagung milik mereka sendiri, sehingga kesempatan magang di perusahaan ternama yang diterima Loisma menjadi kebanggaan tersendiri bagi mereka.
“Orang tua ingin yang terbaik saja. Melihat saya bisa selesai sampai saat ini tentunya bersyukur dan bangga bisa magang di perusahaan yang bagus,” ucapnya.
Setelah sukses dalam pelaksanaan empat angkatan, saat ini Program MSIB tengah bersiap untuk membuka pendaftaran mitra dan mahasiswa untuk angkatan kelima. Dengan target peserta lebih dari 52.000, lebih banyak mahasiswa program sarjana maupun vokasi dapat menikmati pembelajaran yang berkualitas yang menjembatani mereka untuk meraih cita-cita.
Sumber : Kemendikbudristek